Hati dalam tubuh manusia bagaikan komandan dalam satu tentara, yang merupakan sumber perintah untuk melakukan sesuatu. Seseorang dapat mempergunakan hati sesuai dengan kehendaknya, apakah diarahkan untuk taat atau sebaliknya, istiqamah atau menyimpang, untuk meyakini apa yang diyakini hatiataupun tidak. Nabi bersabda :
“Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain pun akan baik. Namun, jika ia rusak, maka seluruhnya akan rusak. Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati.”
          Hati adalah raja,. Ia juga merupakan sumber datangnya suatu perbuatan. Hati juga dapat menerima datangnya petunjuk. Suatu amalan belum sempurna nilainya jika tidak ada niat dan tujuan yang datang dari hati. Dialah penanggung jawab setiap tindakan manusia, karena setiap pemimpin harus bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Memberikan perhatian yang besar untuk senantiasa meluruskan dan memperbaiki hati adalah tugas utama bagi mereka yang menjalani kehidupan ini.
          Adapun hati selalu disifatkan dengan hidup atau mati, maka dibagilah hati mengikuti kriteria tersebut menjadi tiga jenis hati, yakni hati yang selamat atau sehat, hati yang mati, dan hati yang sakit.

a.   Hati yang Selamat dan Sehat
Setiap manusia tidak akan selamat pada hari kiamat, kecuali yang menghadap kepada Allah dengan hati yang selamat. Sebagaimana firman Allah :
“(Yaitu) di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syuara’ [26] : 88-89)
bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, dan dari setiap syubhat yang bertentangan dengan hukum-Nya, selamat dari unsur syirik, dan selamat dari ketetapan yang datang selain dari Rasul-Nya. Hati seperti ini senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada Allah, karena cinta, tawakal, merendahkan diri, serta karena rasa takut dan penuh harap. Dia ikhlaskan semua amal perbuatannya hanya untuk Allah. Jika dia suka terhadap sesuatu, maka dia suka karena Allah; dan jika dia benci terhadap sesuatu, maka dia benci karena Allah. Jika dia memberi sesuatu, maka dia memberinya karena Allah; dan jika dia menahannya, maka dia menahannya karena Allah pula. Tidak cukup sampai di sini saja, sehingga hati tersebut benar-benar selamat dari penguasaan orang-orang yang memusuhi Rasulullah SAW, hatinya senantiasa hanya bersama aturan Rasulullah SAW secara sempurna, tanpa ada ikut campur setiap unsur-unsur dari luar, berupa perkataan atau perbuatan, dan dia tidak pernah mendahului sunnah Rasulullah dari segi akidah, ucapan maupun perbuatan.

b.  Hati yang Mati
          Hati seperti ini adalah kebalikan dari hati yang selamat. Yakni jenis hati yang tidak mengenal Rabbnya, dan tidak mengikuti perintah-Nya. Hati  yang tidak mencintai dan tidak ridha kepada Allah, bahkan senantiasa berdiri di belakang syahwat dan nafsu sesat. Kalaupun berlaku kemurkaan dan kemarahan Allah, hati semacam ini tidak pernah peduli dengan keridhaan dan kemurkaan Rabbnya, jika keinginan syahwatnya dapat terpenuhi. Hati ini menyembah kepada selain Allah. Jika dia suka kepada sesuatu, maka dia suka karena nafsunya; dan jika dia benci, maka dia benci karena nafsunya. Jika dia memberi, maka dia memberi karena nafsunya; dan jika ia menahan, maka ia menahan karena nafsunya. Maka, nafsu sangat berpengaruhkepada hati yang mati. Nafsu menjadi imam, dan syahwat menjadi pemimpin, kebodohan menjadi pengendali, dan kelalaian menjadi kendaraannya.
          Jenis hati seperti ini hanya mementingkan duniawi saja. Hati semacam ini tidak mau mendengarkan nasihat dari siapa pun. Dia hanya mengikuti kehendak syetan dan nafsunya. Bergaul dengan orang yang memiliki hati seperti ini merupakan penyakit dan racun, bahkan duduk dan hidup bersama dengannya bisa mendatangkan kebinasaan.

c.   Hati yang Sakit
          Yakni hati yang masih hidup, namun ada penyakit yang terkadang mmbuat hati ini sehat atau sakit. Ketika dua unsur itu saling bertarung, maka di dalamnya terpancar rasa cinta kepada Allah, itulah unsur yang membuat hati tersebut hidup. Namun, terkadang di dalamnya terdapat pula rasa cinta kepada syahwat dan nafsunya, itulah unsur yang membuat hati tersebut sakit. Kondisi seperti ini merupakan ujian bagi dua kelompok yang berdakwah, pertama, yang berdakwah mengajak kepada Allah, Rasul-Nya dan kehidupan di akhirat, dan kedua, mengereka yang mengajak kepada kehidupan dunia. Maka, jika seruan tersebut mendapatkan respon, maka hasil paling dekat adalah keduanya menjadi pintu masuk ke dalam hati itu, atau sekurang-kurangnya menjadi berdekatan dengan hati tersebut.

          So, hati yang pertama adalah hati yang hidup, lembut, dan senantiasa sadar. Hati yang kedua adalah hati yang kering dan mati. Sedangkan hati yang ketiga adalah hati yang sakit, yaitu kemungkinan untuk selamat kecil dan kemungkinan untuk hancur pun kecil.